Kamis, 07 November 2013

Raja Cantung Terakhir


Aji Pangeran Kusumanegara

Aji Pangeran Koesoemanegara adalah seorang raja di daerah Cantung & Buntar Laut, sekarang kecamatan Kelumpang Hulu Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Pangeran Koesoemanegara adalah raja Cantung dan Buntar Laut, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan
Sepertinya masyarakat di luar Kalimantan Selatan jarang mengetahui nama Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma . Beliau lahir di daerah Tjantoeng (Cantung)yang sekarang berubah menjadi kecamatan Kelumpang Hulu Kalimantan Selatan. Ayahnya bernama Adji Madoera/Adji Daha bin Adji Jawa bin Adji Raden bin Adji Negara (Sultan Sepuh I Alamsyah (1736-1766) bin Adji Geger (Sultan Adji Muhammad Alamsyah (1703-1726) bin Adji Anom Singa Maulana (1644-1667) bin Adji Mas Anom Indra (1607-1644) bin Adji Mas Pati Indra (1567-1607) bin Pangeran Abu Mansyur Indra Jaya (Bangsawan dari Giri tanah Jawa).
Ibunda Pangeran Koesoemanegara adalah Ratoe (Ratu) Jumantan binti Pangeran Praboenata (Raja Sampanahan).
Wilayah Tjantoeng (Cantung) dulunya masuk dalam wilayah kerajaaan "Tanah Boemboe (Tanah Bumbu)" (Kerajaan : Sampanahan, Bangkalaan, Cengaal, Manoenggoel (manunggul), Tjantoeng (Cantung), Batoe Licin (Batu Licin) dan Boentar Laoet (Buntar Laut ) [[1]]. Tanah Bumbu di Kepalai oleh Ratoe Mas (Ratu Mas) , Raja Tanah Bumbu 3 (1740-1780) binti Pangeran Mangoe (Mangu) , Raja Tanah Bumbu 2 (1700-1740) bin Pangeran Dipati Toeha (Tuha) 2 Raja Tanah Bumbu 1 (1660-1700) yang di berikan oleh Soeltan Saidoellah/Raden Kasoema Alam (Sultan Saidullah) , yang bergelar Panembahan Batoe 1 sebagai Raja Banjar ke 6 (1646-1660) dari trah Kesultanan Banjar.
Kerajaan Cantung mulai di kenal pada era Adji Jawa (1825-1841) yang sebelumnya di Aneksasi oleh Kerajaan Pasir. [[2]] Adji Jawa mengambil alih ke 6 (enam) divisi : Sampanahan, Bangkalaan, Cengaal, Manunggul, Cantung, Batoe Licin dan Buntar Laut Ketika menikahi Gusti Katapi binti Gusti Muso [[3]] dan Gusti Kamil binti Gusti Kamir.Aji Jawa mengadakan "Kontrak Politik" Pada Tanggal 25 Juli 1825 No.24 .
Adji Jawa melimpahkan kekuasaan Cantung kepada anaknya Adji Madoera / Adji Daha dari ibunya Gusti Katapi Binti Gusti Muso pada tahun 1841. Semenjak itu Adji Madoera / Adji Daha menjadi Raja Cantung pada tahun 1841-1863 menggantikan Ayahandanya (Adji Jawa). [[4]]

Adji Madoera / Aji Daha sekitar tahun 1845 juga mengambil alih "Kerajaan Buntar Laut" dari bibinya Gusti Dandai yang meninggal dunia karena tidak memiliki keturunan.Sehingga wilayah kekuasaannya menjadi Cantung dan Buntar Laut.[[5]]
Pada tanggal 10 Oktober 1862 (BT 10 Oktober 1862 No.22) Adji Madoera mengadakan "Kontrak politik" dengan Pemerintahan Hindia Belanda.
IN NAAM DES KONINGS
Adji Madoera memberikan Kekuasaan kepada Anaknya Pangeran Koesoemanegara sekitar tahun "1864". Semenjak tahun 1864 di mulailah era kepemimpinan Raja Cantung dan Buntar laut Pangeran koesoemanegara / Adji Darma. [[6]]
Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma sangat di hormati oleh rakyatnya dan di segani oleh kawan maupun lawan.Di Dalam mengatur roda pemerintahan Pangeran Koesoemanegara di bantu oleh Datu Tingkan sebagai panglima perangnya. Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma sering berkomunikasi dengan rakyatnya tanpa pandang bulu.beliau seorang yang taat di dalam menjalankan syariat islam tanpa menbedakan agama satu dengan lainnya. Sehingga Pangeran Koesoemanegara / Aji Darma raja Cantung dan Buntar laut sangat di cintai oleh rakyatnya.
Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma menikah dengan Adji Oetin binti Pangeran Muda Arifbillah / Aji Samarang (Raja Tanah Boembu (Bangkalaan, Cengaal, Manunggul)) memperoleh anak : 1. Adji Putri Ambar 2. Adji Kurbah
Pada Masa itu Wilayah kerajaan Cantung dan buntar Laut di bawah Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma "sangat menentang" (tidak menyukai) Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda yang di anggap merugikan Bangsa Indonesia khususnya rakyat Cantung. Kerajaan Cantung dan Buntar laut mencapai kemakmuran di era kepemimpinan Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma sehingga membuat iri lawan-lawannya. Banyak cara yang telah di lakukan lawan-lawanya untuk mengambil "alih kekuasaan" Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma.
Kolonial Hindia Belanda yang terkenal dengan "politik adu domba" menyusun strategi untuk menjatuhkan kekuasaan Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma , Sehingga sekitar tahun 1890 beliau di anggap makar oleh Kolonial Hindia Belanda karena ikut membantu "Goesti Arsyad/Sultan Banjar" dalam perang kemerdekaan/perang melawan penjajahan yang pada akhirnya di internir/exiled (diasingkan) ke Batavia melalui jalan laut , lalu di teruskan ke Pelabuhan Panarukan (di bawah karesidenan Besuki) dan selanjutnya di tempatkan di Bondowoso Jawa Timur dengan pengawalan yang ketat. "(BT 30 Oktober 1901 No.46)"
Ratoe Jumantan Ibunda Pangeran Koesoemanegara ikut serta hingga ke Bondowoso Jawa Timur. Ratoe Jumantan meninggal dan di makamkan di Bondowoso bersebelahan dengan makam Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma pada tahun 1325 H atau tahun 1904
Pangeran Koesoemanegara/ Adji Darma tutup usia pada tanggal 17 Muharam 1348 H atau 25 Juni 1929 dan di makamkan di Bondowoso Jawa Timur.
Catatan :
H. Hendri Nindyanto, SH  : keturunan ke 4 dari Pangeran Koesoemanegara / Adji Darma Bin Adji Madoera .
NB: Mohon apabila ada yang mengetahui silsilah ini mohon di perbaiki atau hub kami di dapoersosis@yahoo.com

Tidak ada komentar: