Kamis, 07 November 2013

KERAJAAN SEBAMBAN



KERAJAAN SEBAMBAN


Kerajaan Sebamban dibangun oleh Pangeran Syarif Ali Al-Iderus pada sekitar awal abad ke 18, ayah Pangeran Syarif Ali bernama Syarif Abdurrahman Al-Iderus seorang ulama keturunan Arab yang datang ke Nusantara untuk menyebarkan agama Islam.
Pada sekitar abad 16 terjadi perpindahan masyarakat Banjar dari sekitar wilayah Kerajaan Banjar ke wilayah lain, baik lewat darat (melintasi pegunungan meratus) maupun lewat sungai dan lautan dengan menggunakan perahu. Peristiwa ini terjadi karena adanya kericuhan di kalangan keluarga Kerajaan Banjar yang saling memperebutkan tahta dan dimana akhirnya rakyat yang mendapat imbas buruk dari semuanya. Dari mereka yang pergi menggunakan perahu, sebagian besar keluar Muara Barito menuju ke arah selatan sepanjang pesisir laut Kalimantan Selatan lalu mampir di setiap muara sungai di sepanjang pesisir bahkan ada yang masuk hingga ke Hulu Sungai, dan hal ini juga terjadi pada sungai-sungai di daerah Kecamatan Sungai Loban, seperti Sebamban dan Sungai Dua Laut serta Sungai Cuka. Nama Desa Sebamban diambil dari nama sungai yang mengaliri daerah tersebut (berdasarkan keterangan tokoh masyarakat setempat), yaitu Sungai Bamban yang kemudian oleh masyarakat setempat disebut Sei Bamban dan selanjutnya berubah menjadi Sebamban yang akhirnya menjadi nama bagi sekitar kawasan tersebut.
Adanya sistem pemerintahan di kawasan Sebamban belum diketahui sejak kapan dimulai, namun dalam tatanan masyarakat Banjar di sepanjang pesisir dan alur sungai kawasan ini terus berkembang seiring dengan datangnya pengembara dari Sulawesi, serta ulama-ulama Banjar dan Matan (Kalimantan Barat).
Syarif Abdurrahman Al-Iderus menyebarluaskan agama Islam, hingga tiba di Kerajaan Banjar, Syarif Abdurrahman Al-Iderus diterima dengan baik oleh Raja Banjar, kemudian menikah dengan saudara perempuan Sultan Adam Al Wasyiku Billah yang bernama Putri Saribanon, kemudian memiliki seorang putra bernama Syarif Ali Al-Iderus. Setelah dewasanya Syarif Ali Al-Iderus dinikahkan dengan saudara perempuan Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kaderi di Pontianak. Pulang dari Pontianak, Syarif Ali meneruskan perjuangan ayahandanya untuk menyebarluaskan agama Islam, hingga akhirnya tiba di sebuah muara sungai yang bercabang dan kemudian berlabuh di sana, Syarif Ali yang merasa tertarik terhadap wilayah tersebut kemudian berjalan menyusuri pesisir sungai tersebut hingga akhirnya tiba di Lok Basar (dalam Basar). Selanjutnya membangun tempat tinggal di daerah tersebut. Suburnya daerah tersebut dengan bumi dan hutan belantara yang sangat banyak menyimpan kekayaan alam yang melimpah ruah, hingga akhirnya mengundang para pendatang dan perantau untuk menetap.
Banyak pendatang dan perantau yang datang, menetap dan terus berkembang membuat daerah tersebut menjadi ramai. Syarif Ali sebagai pembuka daerah tersebut akhirnya diangkat sebagai pemimpin atau penguasa daerah.
Pada saat Pangeran Syarif Ali mulai menjadi penguasa di Sebamban, beliau menikah lagi dengan putri penguasa Batulicin bernama Putri Petta Walu’e dan memiliki 6 orang putra putri yaitu :
1. Pangeran Syarif Hamid (Raja Batulicin I)
2. Putri Qomariah
3. Pangeran Syarif M. Thoha ( Raja Batulicin II )
4. Pangeran Syarif Mustafa
5. Pangeran Syarif Ahmad
6. Putri Petta Bau

1.         Masa Suram Kerajaan Sebamban
Terbukanya hubungan dagang dengan Kerajaan-Kerajaan di luar wilayah Kerajaan Sebamban seperti Kerajaan Pasir, Kerajaan Banjar dan Kerajaan Johor, membuat Kerajaan Sebamban yang kaya akan hasil bumi ini menjadi incaran Pemerintah Kolonial Belanda yang terlebih dahulu sudah bercokol di beberapa Kerajaan di wilayah Nusantara.
Pada sekitar tahun 1850-an Belanda mulai masuk dan berada di wilayah Kerajaan Sebamban. Secara perlahan tanpa adanya kekerasan akhirnya Belanda berhasil mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Sebamban ini. (Dari nara sumber: tidak dijelaskan politik yang bagaimana telah digunakan Belanda, namun sejak Tahun 1850-an keluarga Kerajaan mulai menyebar ke berbagai daerah di sekitar wilayah Tanah Bumbu).

2.         Bukti–Bukti Peninggalan Sejarah
a.         Dua buah meriam
Ceritra rakyat tentang 2 buah meriam ini adalah ; berawal ketika sepasang suami istri yang sudah agak tua tiba dari arah sungai dengan menggunakan sebuah perahu kecil dan membawa 2 buah meriam yang di bungkus kulit kayu. Oleh sang suami 2 buah meriam itu kemudian ditawarkan kepada Pangeran Syarif Ali seharga 4 rupiah sesuku.
Pangeran Syarif Ali menawar kedua meriam itu seharga 2 rupiah sesuku, dan disetujui oleh pasangan suami istri. Atas permintaan Pangeran Syarif Ali, satu meriam diletakkan di Muara dan satunya di depan Soraja (tempat tinggal Pangeran Syarif Ali). Ketika meletakan 2 meriam pada posisinya pasangan suami istri masing-masing membawa 1 meriam diangkat dengan sebelah tangan.

b. Sisa-sisa Pondasi Tiang Pancungan
Dalam menerapkan ajaran dan syari’ah-syari’ah Islam di kalangan masyarakat yang mayoritas contohnya penganut Animisme dan Hindu, Pangeran Syarif Ali benar-benar mengenalkan sangsi hukum Islam.
Hal ini dapat di buktikan dengan terdapatnya sebuah pondasi tiang pancungan di daerah Pantai Penyiputan.

c. Sisa Bangunan Istana (Soraja)
Soraja atau tempat kediaman raja yang dibangun oleh Pangeran Syarif Ali terdapat di Sungai Kampung lama yaitu di sekitar cabang Sungai Sebamban yang dulunya diberi nama Lok Basar atau Dalam Basar.
Pada saat Belanda mulai masuk di wilayah ini dengan akal liciknya kemudian berhasil membuat kalangan keluarga Kerajaan tidak betah berada di tempat atau kediamannya sendiri. Satu persatu keluarga kerajaan meninggalkan istana hingga akhirnya Istana atau Soraja tidak lagi ditempati dan terabaikan dan sekarang yang tertinggal hanya puing-puing tiang bangunan, peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1850. Adapun lokasi dimana dermaga tempat sandar kapal Pangeran Syarif Ali sekarang sudah menjadi perusahaan perkebunan sawit.
3.         Turunan Raja-raja Sebamban
-Pangeran Syarif Ali Al- Iderus.
-Pangeran Syarif Hasan Al-Iderus.
-Pangeran Syarif Kasim Al-Iderus.
Kubah Pangeran Syarif Ali dari luar

Kubah Pangeran Syarif Ali dari dalam


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Dear Sir; I am friend of Pak NIndyanto .Now Sebamban and Batulicin is 2 familis,or one dynasty.Like to know of all dynasties present chief.Thank you. Salam hormat: DP Tick facebook:Donald Tick pusaka.tick@kpnmail.nl PS: The picture is a real picture of that 1st raja Sebamban,or only phantasy,?