DATU
KANDANG HAJI di Kecamatan Juai Paringin
Tersebutlah
di daerah dataran tinggi Balangan, satu desa yang bernama Baluning, sekarang
daerah itu menjadi desa di kecamatan Juai dengan Nama Mungkur Uyam.
Pada
masa itu para pendudukanya masih menganut agama hindu, awalnya desa Baluning
dibangun oleh dua orang bersaudara dan delapan saudara sepupu. Mereka masing
masing mempunyai kelebihan atau keistimewaan. Desa yang dibangun oleh para datu
itu pada masanya penuh dengan kedamaian, ketantraman dan kesejahteraan. Hal itu
karena desa tersebut dibangun dan dibina oleh para datu yang bijak bestari.
Yang
paling terkenal diantara para datu tersebut adalah Datu Surya Sakti Mangku Alam
atau Patih Bantar Alam (Datu Kandang Haji). Ia bersaudara kandung 1 orang yang
bijak bestari yaitu Datu Intil.
Di
samping kedua bersaudara tersebut, mereka di bantu oleh saudara sepupu mereka
yang juga para bijak bestari, yang antara lain.
1.
Datu Limpai Susus
2.
Ayamah
3.
Gragampa Alam
4.
Surya Tadung Wani
5.
Satia Karsa
6.
Palumbaran
7.
Tamiyang
8.
Dayang Marak
Kehidupan
mereka penuh dengan kerukunan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat,
Mereka saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Hingga pada
suatu masa terjadi perselisihan di antara para datu tersebut, dimana Datu Surya
Sakti Mangku Alam ( Datu Kandang Haji) tersebut dikucilkan dari pergaulan
masyarakat oleh para datu lainnya.
Hal
perselisihan tersebut, rupanya Datu Surya Sakti Mangku Alam mendapat hidayah
dari Allah SWT. Untuk memeluk agama Islam yang di masa itu masih sedikit
pemeluknya di daerah pedalaman Banjar ( Kalsel) bagian utara itu.
Beliau
Datu Surya Sakti Mangku Alam berniat untuk mempelajari/memperdalami agama Islam
kepada para Ulama atau wali-wali yang hidup di zaman dan meneruskan menuntut
ilmu ke Mekkah Al-Mukarramah dalam waktu yang lama. Diriwayatkan bahwa Beliau
menuntut Ilmu di Mekkah selama kurang lebih 50 tahun, karena pada masa itu
untuk menempuh perjalanan menuju Makkah itu cukup sulit dan memakan waktu yang
cukup lama.
Maka
setelah beliau selesai berhaji dan menuntut ilmu di Makkah Datu Surya Sakti
Mangku Alam itu berkata “ Aku menghangkum (membatasi/mengandang; bahasa banjar)
anak cucuku tujuh turunan untuk hajinya, maka mereka tidak akan naik haji
kecuali perjalanan Mudah”. Datu Surya Sakti Mangku Alam ini terkenal dengan
sebutan “DATU KANDANG HAJI”
Setelah
tiba saat yang direncanakan kembali ke tanah air untuk menyebarkan atau
mendakwahkan agama Islam khususnya di daerah pedalaman banjar ( Kal-sel) bagian
utara khususnya di dataran tinggi Balangan. Sepulang dari Makkah tersebut
beliau juga membawa benda-benda diantaranya : Al Qur’an yang ditulis dengan
tangan, Tanah, Cukmar/senjata, Petaka, Jubah, Surban, Kupiah Palung, Piring
Malawen, tombak, Terompah.
Dengan
berkat Allah SWT Datu Kandang Haji sampai ke Kalimantan dan kemudian ke daerah
Balangan. Setelah itu meneruskan ke desa Paran lalu ke desa Buntu Karau lalu ke
desa Desa Juai lalu ke desa Bangkal. Sekian lama beliau menyebarkan/mendakwah
islam, sambil mencari tanah sama dengan dengan tanah yang dibawa beliau dari
Makkah. Lalu ditemukanlah Tanah tersebut di Mungkur Batu yang sama warna dan
baunya. Setelah Datu kandang Haji menemukan tanah yang sama, Datu berkata
kepada anak cucunya di Bangkal, “Apabila ajalku telah tiba (wafat), tolong kuburkan
(makamkan) aku di tanah Mungkur Batu.” Selanjutnya Datu merajah atau mewafak
tanah di Mungkur Batu itu, setelah selesai mewafak atau merajah. Datu juga
menitip pesan kepada keturunannya serta orang-orang yang ingin mencari azimat,
wafak atau rajah apa saja cukup meminta batu atau apa saja yang ada di Mungkur
Batu, Karena Mungkur baru tersebut sudah diberi Rajah oleh Datu Kandang Haji,
sekaligus Mungkur tersebut diberi nama Mungkur Batu Wafak. Di sekitar Mungkur
Batu konon terdapat pohon Kayu Penawar Seribu yang akar dan kayunya
(InsyaAllah) digunakan untuk penyembuhan berbagai Jenis Penyakit dan Penangkal
Ilmu Hitam.
Datu
Kandang Haji Juga semasa Hidup telah Membangun 3 buah Masjid.
1.
Masjid Al Mukarramah di desa Bangkal
2.
Masjid Jannatul Ma’wa di desa Buntu Karau
3.
Masjid Siraajul Huda di desa Paran.
Konon
di antara Masjid – Masjid yang di bangun oleh Beliau tersebut (Dengan Izin
Allah SWT) memiliki keistimewaan tersendiri masing-masing. Allahua’lam..
Demikian
Sekelumit tentang Datu Kandang Haji di Juai Paringin, Mohon Maaf & Ridha
atas kekurangan dalam Penulisan Riwayat ini..
(Cerita
Datu-datu Terkenal di Kalimantan Selatan, Gambar diambil Tgl 17 Ramadhan 1432 /
17 Agustus 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar