Peristiwa Sungai
Malang.
Sejak Amuntai diduduki
oleh Belanda pada bulan Februari 1860, maka sejak itu tidak henti2nya usaha
rakyat mengadakan gangguan2 terhadap tentara Belanda. Pencegatan2, penembakan2,
pengamokan sering terjadi. Perundingan2 rahasia diadakan untuk memukul
melemahkan kedudukan Belanda. Diantaranya pernah diputuskan akan mengadakan
penyerbuan dan pengamokan kedalam benteng Belanda. Pengamokan itu akan
dilakukan bersama2, serentak setelah sembahyang jum’at dimesjid Amuntai. Sayang
rencana ini telah tercium oleh Belanda. Ia segera bertindak melakukan
pembersihan dan banyak yang jatuh korban peluru Belanda.
Pada kesempatan lain
penghulu Dulatip dan Jalaludin beserta berpuluh2 orang Haji bersumpah bersama2
akan menyerbu dan mengamok benteng Belanda, menyerang Fisabilillah. Waktu dan
tugas penyerbuan masing2 telah ditetapkan. Tiba2 sebelum waktu yang ditentukan
Penghulu Dulatip dan Jalaludin mendapat undangan pihak Belanda. Mereka diundang
dengan alasan untuk memperbincangkan masalah perbaikan Mesjid. Tetapi betapa
terkejutnya kedua pemimpin itu ketika mereka hendak pulang, mereka hendak
ditangkap. Mereka melakukan perlawanan dengan sengit, tetapi akhirnya ditangkap
dan dibelenggu.
Ini peristiwa
mengesankan ( menurtku , jangan dilewatkan ).
Salah satu peristiwa
penting, adalah apa yang dilancarkan oleh seorang pemimpin barisan sabil adalah
Haji Abdullah, tinggal di sungai Malang. Dibawah pimpinan beliau telah beberapa
kali diadakan serangan2 terhadap patroli2 Belanda didaerah Sungai Banar dan
Jarang Kuantan. Didalam suatu pertempuran pencegatan patroli Belanda, Haji
Abdullah kena tembak dipahanya. Oleh anak buah Haji Abdullah, beliau diangkut
pulang kekampung sungai Malang, yang letaknya tidak jauh dari Candi Agung.
Asisten Residen Van
Oijen yang mengetahui hal ini, pada tanggal 15 September 1860 mengirim 3
peleton tentaranya sebanyak 60 orang ke sungai Malang. Ketiga peleton yang
dikirim oleh Van Oijen itu dipimpin oleh opsir2 Belanda yang terkenal
keberaniannya dan berpengalaman. Yaitu Letnan Van Emde, Letnan Verspyck dan Van
der Wijck. Pemimpin utama dari pasukan Belanda ini Van Emde memang terkenal
keberaniannya dan kecerdikannya ketika bertenpur diKlua, Karangan Putih, Munggu
Dayor dll. Pagi2 buta ia telah memimpin pasukannya meninggalkan pusat kota
Amuntai menuju Sungai Malang. Mereka tidak mempergunakan tambur dan terompet,
tetapi mereka dengan sembunyi2 mengendap merayap melalui sawah2 dan belukar
menuju sungai Malang. Semula anak buah Van Emde tidak mengetahui tujuan
perjalanan itu, tetapi mereka dapat meraba bahwa mereka sedang dikerahkan
melakukan operasi penting dan berbahaya. Mereka memang telah maklum betapa
berbahanya menghadapi rakyat yang telah bertekad mati sabil menghadapi tentara
penjajah.
Apabila pasukan Van
Emde datang dikampung Sungai Malang disekitar jam 8 pagi, mereka disongsong
oleh Haji Yusip dan Singat. Keduanya anak Haji Abdullah. Selain dari pada Haji
Yusip dan Singat terdapat pula punakawan2 yang semua lengkap bersenjata tombak parang
bungkul dan bahkan 2 orang diantaranya menyandang senapan.
Didalam pertemuan yang
tegang, Van Emde menerangkan bahwa ia ingin bertemu Haji Abdullah. Katanya ia
mendapat perintah dari Asisten Residen Van Oijen, yang mendengar bahwa Haji
Abdullah sakit, ingin membantu pengobatan Haji Abdullah. Haji Abdullah hendak
dibawa ke Amuntai dan di Amuntai akan tinggal dirumah regent Danu Raja, agar
dokter dapat membantu mengobatinya, karena untuk dokter datang pulang balik ke
kampung sungai Malang, jaraknya adalah terlalu jauh.
Anak2 Haji Abdullah
tahu benar, bahwa ini hanyalah tipu muslihat dari pihak Belanda yang hendak
menyergap Haji Abdullah. Ini lebih Jelas lagi bagi anak buah Haji Abdullah
ketika melihat tentara Belanda itu berpencar mengepung kampung Sungai Malang,
yang dipusatkan pada 3 buah rumah.
Setelah sampai didepan
rumah Haji Abdullah, kelihatan Van Emde memberikan perintah kepada Letnan
Verspyck mengepung disebelah kanan dan depan sedang Van der Wijck disuruh
mengepung disebelah belakang dan sebelah kiri. Dikomandokan pula bahwa tidak
diperkenankan seorang juapun lolos.
Melihat gelagat yang
kurang baik itu, anak buah Haji Abdullah yang berada ditempat itu 19 orang dan
empat orang wanita menjadi sadar bahaya mengancam. Merekapun bersiap dengan
senjata masing2.
Dengan perantaraan
seorang pegawai polisi, Van Emde menerangkan kepada Haji Abdullah keinginannya
hendak membawa Haji Abdullah dan telah menyiapkan tanduan untuknya. Sesudah
mengatakan hal itu kepada Haji Abdullah, Van Emde keluar keberanda rumah dan
disini ia bertengkar dengan anak2 Haji Abdullah yang tidak menyetujui niatannya
itu. Van Emde menerangkan bahwa anak2 Haji Abdullah dan Mat Natsir boleh ikut.
Pada ketika itu tampil
Haji Yusip berkata menantang dengan lantang : “ baik,……boleh coba bawa !”.
Sementara itu tampak Van Perspyck dan Van der Wijck merapatkan anak buahnya
mengepung rumah itu.
Hening, semua diam.
Tanduan dibawa kedalam oleh Van Emde dengan pedang terhunus ditangan berdiri
diserambi depan bersama 15 orang tentaranya yang siap dengan senapan
ditangan.Ketika tanduan yang untuk membawa Haji Abdullah dibawa kedepan dan
setelah bercakap sepatah dua patah kata dengan Haji Yusip, maka Haji Abdullah
mengucapkan ;” Fi Sabilillah, Subhanallah Allahu Akbar “.
Serempak kesembilan
belas orang anak dan pengikut Haji Abdullah mencabut keris dan menghunus parang
bungkul dan secara kilat langsung menyerang tentara Belanda yang mengepungnya,
mengelilinginya. Perkelahian dahsyat terjadi. Terjadi tikam menikam, tembak
menembak, parang memarang, bergulat bergumul. Pada permulaan Van Emde telah
diserang dengan timpasan dikepala. Ia menangkis dengan tangan kirinya dan luka
terkulai. Ia diserang lagi oleh dua orang anak buah Haji Abdullah, dan ketika
itu Van Emde mendapat bantuan dari letnan Verscpyk. Verscpyk terguling bergulat
dengan salah seorang Haji, dan Verscpyk dibantu oleh anak buahnya. Van Emde
menderita 7 luka2 dan diantaranya 2 buah peluru menembus badannya. Terakhir Van
Emde masih diserang dengan tusukan keris dan ia tersungkur bergulat dengan
seorang Haji. Haji ini kemudian ditikam dengan bayonet oleh seorang serdadu.
Tidak semua ke 60 orang
tentara Belanda itu turut bertempur diantaranya ada yang bersembunyi dan
melarikan diri. Tetapi karena Haji Abdullah yang sakit itu dengan 19 orang
pengikutnya harus menghadapi lawan yang jumlahnya lebih besar dan pihak lawan
ini lengkap pula bersenjata dengan senapan dan bayonet terhunus, maka
pertempuran yang memuncak ,tikam menikam dan tembak menembak itu berakhir
dengan jatuh tewas sebagai Pahlawan, keduapuluh orang pihak Haji Abdullah.
Bukan sampai disitu saja empat orang wanita yang tadinya dikurung dan dijaga
oleh tentara Belanda, bangkit pula keluar mendobrak pintu dengan bersenjata
keris dan parang. Mereka menyerang tentara yang menjaganya dan penjaga itu mati
dengan berlumuran darah dengan 17 mata luka. Wanita2 itu terus menyerang dan
pihak tentara Belanda yang menaruh dendam atas kematian kawan2nya, mengerubuti
dan menghabisi jiwa keempat wanita srikandi yang gagah berani itu. Keempat
Pahlawan itu adalah :
1. Aisyah
2. Hadijah
3. Kalimah
4. Bulan.
Demikianlah didalam
pertempuran itu hancur lebur puputan fisabilillah 24 orang putera/putri Banjar.
Mereka berjuang untuk menentang penjajah. Mereka juga berhasil membunuh 5 orang
Belanda dan berpuluh2 orang lainnya luka berat. Diantara yang mati tewas itu
terdapat pemimpin pasukan Letnan Van Emde, sedang yang terluka terdapat kepala
Peleton letnan Verscpyk. Pihak Belanda sangat berkabung dengan meninggalnya Van
Emde, seorang tokoh besar dikalangan “Indische legion”.
Didalam pertempuran di
sungai Malang yang bersejarah ini terdapat nama-nama: Haji Abdullah, Haji
Yusip, Mat Nasir dan 20 orang Pahlawan lainnya, diantaranya 4 orang Srikandi
Bangsa, yang namanya semua layak gerangan untuk menghias sejarah.
Desa Jumba, Telaga Silaba, Amuntai Tengah, Kab. Hulu Sungai Utara |
Tulisan ini saya kutip dari buku “Perang Banjar”
Karya Haji Gusti Mayur, S.H. buku dicetak tahun1979 dengan penerbit CV.RAPI.
Peristiwa Sungai Malang. Sejak Amuntai diduduki oleh Belanda pada bulan
Februari 1860, maka sejak itu tidak henti2nya usaha rakyat mengadakan gangguan2
terhadap tentara Belanda. Pencegatan2, penembakan2, pengamokan sering terjadi.
Perundingan2 rahasia diadakan untuk memukul melemahkan kedudukan Belanda.
Diantaranya pernah diputuskan akan mengadakan penyerbuan dan pengamokan kedalam
benteng Belanda. Pengamokan itu akan dilakukan bersama2, serentak setelah
sembahyang jum’at dimesjid Amuntai. Sayang rencana ini telah tercium oleh
Belanda. Ia segera bertindak melakukan pembersihan dan banyak yang jatuh korban
peluru Belanda. Pada kesempatan lain penghulu Dulatip dan Jalaludin beserta
berpuluh2 orang Haji bersumpah bersama2 akan menyerbu dan mengamok benteng
Belanda, menyerang Fisabilillah. Waktu dan tugas penyerbuan masing2 telah
ditetapkan. Tiba2 sebelum waktu yang ditentukan Penghulu Dulatip dan Jalaludin
mendapat undangan pihak Belanda. Mereka diundang dengan alasan untuk
memperbincangkan masalah perbaikan Mesjid. Tetapi betapa terkejutnya kedua
pemimpin itu ketika mereka hendak pulang, mereka hendak ditangkap. Mereka
melakukan perlawanan dengan sengit, tetapi akhirnya ditangkap dan dibelenggu.
Ini peristiwa mengesankan ( menurtku , jangan dilewatkan ). Salah satu
peristiwa penting, adalah apa yang dilancarkan oleh seorang pemimpin barisan sabil
adalah Haji Abdullah, tinggal di sungai Malang. Dibawah pimpinan beliau telah
beberapa kali diadakan serangan2 terhadap patroli2 Belanda didaerah Sungai
Banar dan Jarang Kuantan. Didalam suatu pertempuran pencegatan patroli Belanda,
Haji Abdullah kena tembak dipahanya. Oleh anak buah Haji Abdullah, beliau
diangkut pulang kekampung sungai Malang, yang letaknya tidak jauh dari Candi
Agung. Asisten Residen Van Oijen yang mengetahui hal ini, pada tanggal 15
September 1860 mengirim 3 peleton tentaranya sebanyak 60 orang ke sungai
Malang. Ketiga peleton yang dikirim oleh Van Oijen itu dipimpin oleh opsir2
Belanda yang terkenal keberaniannya dan berpengalaman. Yaitu Letnan Van Emde,
Letnan Verspyck dan Van der Wijck. Pemimpin utama dari pasukan Belanda ini Van Emde
memang terkenal keberaniannya dan kecerdikannya ketika bertenpur diKlua,
Karangan Putih, Munggu Dayor dll. Pagi2 buta ia telah memimpin pasukannya
meninggalkan pusat kota Amuntai menuju Sungai Malang. Mereka tidak
mempergunakan tambur dan terompet, tetapi mereka dengan sembunyi2 mengendap
merayap melalui sawah2 dan belukar menuju sungai Malang. Semula anak buah Van
Emde tidak mengetahui tujuan perjalanan itu, tetapi mereka dapat meraba bahwa
mereka sedang dikerahkan melakukan operasi penting dan berbahaya. Mereka memang
telah maklum betapa berbahanya menghadapi rakyat yang telah bertekad mati sabil
menghadapi tentara penjajah. Apabila pasukan Van Emde datang dikampung Sungai
Malang disekitar jam 8 pagi, mereka disongsong oleh Haji Yusip dan Singat. Keduanya
anak Haji Abdullah. Selain dari pada Haji Yusip dan Singat terdapat pula
punakawan2 yang semua lengkap bersenjata tombak parang bungkul dan bahkan 2
orang diantaranya menyandang senapan. Didalam pertemuan yang tegang, Van Emde
menerangkan bahwa ia ingin bertemu Haji Abdullah. Katanya ia mendapat perintah
dari Asisten Residen Van Oijen, yang mendengar bahwa Haji Abdullah sakit, ingin
membantu pengobatan Haji Abdullah. Haji Abdullah hendak dibawa ke Amuntai dan
di Amuntai akan tinggal dirumah regent Danu Raja, agar dokter dapat membantu
mengobatinya, karena untuk dokter datang pulang balik ke kampung sungai Malang,
jaraknya adalah terlalu jauh. Anak2 Haji Abdullah tahu benar, bahwa ini
hanyalah tipu muslihat dari pihak Belanda yang hendak menyergap Haji Abdullah.
Ini lebih Jelas lagi bagi anak buah Haji Abdullah ketika melihat tentara
Belanda itu berpencar mengepung kampung Sungai Malang, yang dipusatkan pada 3
buah rumah. Setelah sampai didepan rumah Haji Abdullah, kelihatan Van Emde
memberikan perintah kepada Letnan Verspyck mengepung disebelah kanan dan depan
sedang Van der Wijck disuruh mengepung disebelah belakang dan sebelah kiri.
Dikomandokan pula bahwa tidak diperkenankan seorang juapun lolos. Melihat
gelagat yang kurang baik itu, anak buah Haji Abdullah yang berada ditempat itu
19 orang dan empat orang wanita menjadi sadar bahaya mengancam. Merekapun
bersiap dengan senjata masing2. Dengan perantaraan seorang pegawai polisi, Van
Emde menerangkan kepada Haji Abdullah keinginannya hendak membawa Haji Abdullah
dan telah menyiapkan tanduan untuknya. Sesudah mengatakan hal itu kepada Haji
Abdullah, Van Emde keluar keberanda rumah dan disini ia bertengkar dengan anak2
Haji Abdullah yang tidak menyetujui niatannya itu. Van Emde menerangkan bahwa
anak2 Haji Abdullah dan Mat Natsir boleh ikut. Pada ketika itu tampil Haji
Yusip berkata menantang dengan lantang : “ baik,……boleh coba bawa !”. Sementara
itu tampak Van Perspyck dan Van der Wijck merapatkan anak buahnya mengepung
rumah itu. Hening, semua diam. Tanduan dibawa kedalam oleh Van Emde dengan
pedang terhunus ditangan berdiri diserambi depan bersama 15 orang tentaranya
yang siap dengan senapan ditangan.Ketika tanduan yang untuk membawa Haji
Abdullah dibawa kedepan dan setelah bercakap sepatah dua patah kata dengan Haji
Yusip, maka Haji Abdullah mengucapkan ;” Fi Sabilillah, Subhanallah Allahu
Akbar “. Serempak kesembilan belas orang anak dan pengikut Haji Abdullah
mencabut keris dan menghunus parang bungkul dan secara kilat langsung menyerang
tentara Belanda yang mengepungnya, mengelilinginya. Perkelahian dahsyat
terjadi. Terjadi tikam menikam, tembak menembak, parang memarang, bergulat
bergumul. Pada permulaan Van Emde telah diserang dengan timpasan dikepala. Ia
menangkis dengan tangan kirinya dan luka terkulai. Ia diserang lagi oleh dua
orang anak buah Haji Abdullah, dan ketika itu Van Emde mendapat bantuan dari
letnan Verscpyk. Verscpyk terguling bergulat dengan salah seorang Haji, dan
Verscpyk dibantu oleh anak buahnya. Van Emde menderita 7 luka2 dan diantaranya
2 buah peluru menembus badannya. Terakhir Van Emde masih diserang dengan
tusukan keris dan ia tersungkur bergulat dengan seorang Haji. Haji ini kemudian
ditikam dengan bayonet oleh seorang serdadu. Tidak semua ke 60 orang tentara
Belanda itu turut bertempur diantaranya ada yang bersembunyi dan melarikan
diri. Tetapi karena Haji Abdullah yang sakit itu dengan 19 orang pengikutnya
harus menghadapi lawan yang jumlahnya lebih besar dan pihak lawan ini lengkap
pula bersenjata dengan senapan dan bayonet terhunus, maka pertempuran yang
memuncak ,tikam menikam dan tembak menembak itu berakhir dengan jatuh tewas
sebagai Pahlawan, keduapuluh orang pihak Haji Abdullah. Bukan sampai disitu
saja empat orang wanita yang tadinya dikurung dan dijaga oleh tentara Belanda,
bangkit pula keluar mendobrak pintu dengan bersenjata keris dan parang. Mereka
menyerang tentara yang menjaganya dan penjaga itu mati dengan berlumuran darah
dengan 17 mata luka. Wanita2 itu terus menyerang dan pihak tentara Belanda yang
menaruh dendam atas kematian kawan2nya, mengerubuti dan menghabisi jiwa keempat
wanita srikandi yang gagah berani itu. Keempat Pahlawan itu adalah : 1. Aisyah
2. Hadijah 3. Kalimah 4. Bulan. Demikianlah didalam pertempuran itu hancur
lebur puputan fisabilillah 24 orang putera/putri Banjar. Mereka berjuang untuk
menentang penjajah. Mereka juga berhasil membunuh 5 orang Belanda dan berpuluh2
orang lainnya luka berat. Diantara yang mati tewas itu terdapat pemimpin
pasukan Letnan Van Emde, sedang yang terluka terdapat kepala Peleton letnan
Verscpyk. Pihak Belanda sangat berkabung dengan meninggalnya Van Emde, seorang
tokoh besar dikalangan “Indische legion”. Didalam pertempuran di sungai Malang
yang bersejarah ini terdapat nama-nama: Haji Abdullah, Haji Yusip, Mat Nasir
dan 20 orang Pahlawan lainnya, diantaranya 4 orang Srikandi Bangsa, yang
namanya semua layak gerangan untuk menghias sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar